Zat Bius (Anestesi) Dapat Menggangu Perkembangan Anak
Penelitian awal menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian anestesi (zat bius) pada masa awal kanak-kanak dengan gangguan tingkah laku dan perkembangan anak di kemudian hari.
Peneltian tersebut menyatakan bahwa anak-anak yang terpapar zat ini memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena gangguan perkembangan bila dibandingkan dengan anak lain yang tidak terpapar.
"Namun fakta ini baru merupakan temuan awal yang harus dikonfirmasi lagi", kata guru besar anestesiologi dan kedokteran anak, Lena S. Sun, MD, yang juga merupakan salah satu peneliti yang melakukan penelitian tersebut.
Dia menambahkan bahwa hasil penelitian tersebut harus ditanggapi dengan hati-hati, dan hendaknya tidak membuat para orang tua menjadikannya suatu alasan untuk menghindari operasi, karena penelitian ini masih harus ditunjang oleh penelitian lanjutan.
Sampai saat ini, semua penelitian tentang topik tersebut menggunakan obyek binatang pecobaan. Pada beberapa tikus percobaan, terlihat bahwa zat bius yang umum digunakan memang beracun bagi perkembangan otak.
Dalam upaya untuk membuktikan apakah zat bius tersebut beracun juga bagi manusia, maka Dr. Sun dan rekan-rekannya dari Columbia University's College of Physicians and Surgeons memeriksa rekaman medis sebanyak 625 anak yang pernah terpapar zat bius selama masa operasi dan juga rekaman medis 5000 anak lainnya yang tidak memiliki riwayat terpapar zat bius.
Semua anak-anak yang diperiksa datanya tersebut memiliki kesamaan, yaitu sama-sama lahir antara tahun 1999-2000 dan juga merupakan peserta program New York State Medicaid. Mereka menjalani operasi hernia.
Setelah menyesuaikan beberapa faktor yang berkaitan dengan gangguan perkembangan dan tingkah laku, termasuk berat badan lahir yang rendah dan jenis kelamin, para peneliti menarik kesimpulan bahwa anak-anak yang memiliki riwayat terpapar zat bius berisiko dua kali lebih besar untuk terkena gangguan perkembangan dan tingkah laku bila dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak terpapar zat bius.
Dr. Sun menyampaikan hasil penelitiannya pada pertemuan tahunan American Society of Anesthesiologists di Orlando, Florida hari Selasa kemarin. Dia juga menyatakan bahwa hasil penelitiannya ini mungkin saja dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu kesulitan ekonomi orang tua dari anak-anak tersebut.
"Data yang diambil dari anak-anak peserta program Medicaid (bantuan kesehatan) ini mungkin kurang akurat, mengingat ada faktor lain (kondisi ekonomi para orang tua) yang juga perlu dipertimbangkan", kata Dr. Sun.
Untuk itu, Dr. Sun dan rekan-rekannya sedang merencanakan suatu penelitian lain yang dapat memberikan hasil lebih akurat.
Penelitian awal menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian anestesi (zat bius) pada masa awal kanak-kanak dengan gangguan tingkah laku dan perkembangan anak di kemudian hari.
Peneltian tersebut menyatakan bahwa anak-anak yang terpapar zat ini memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena gangguan perkembangan bila dibandingkan dengan anak lain yang tidak terpapar.
"Namun fakta ini baru merupakan temuan awal yang harus dikonfirmasi lagi", kata guru besar anestesiologi dan kedokteran anak, Lena S. Sun, MD, yang juga merupakan salah satu peneliti yang melakukan penelitian tersebut.
Dia menambahkan bahwa hasil penelitian tersebut harus ditanggapi dengan hati-hati, dan hendaknya tidak membuat para orang tua menjadikannya suatu alasan untuk menghindari operasi, karena penelitian ini masih harus ditunjang oleh penelitian lanjutan.
Sampai saat ini, semua penelitian tentang topik tersebut menggunakan obyek binatang pecobaan. Pada beberapa tikus percobaan, terlihat bahwa zat bius yang umum digunakan memang beracun bagi perkembangan otak.
Dalam upaya untuk membuktikan apakah zat bius tersebut beracun juga bagi manusia, maka Dr. Sun dan rekan-rekannya dari Columbia University's College of Physicians and Surgeons memeriksa rekaman medis sebanyak 625 anak yang pernah terpapar zat bius selama masa operasi dan juga rekaman medis 5000 anak lainnya yang tidak memiliki riwayat terpapar zat bius.
Semua anak-anak yang diperiksa datanya tersebut memiliki kesamaan, yaitu sama-sama lahir antara tahun 1999-2000 dan juga merupakan peserta program New York State Medicaid. Mereka menjalani operasi hernia.
Setelah menyesuaikan beberapa faktor yang berkaitan dengan gangguan perkembangan dan tingkah laku, termasuk berat badan lahir yang rendah dan jenis kelamin, para peneliti menarik kesimpulan bahwa anak-anak yang memiliki riwayat terpapar zat bius berisiko dua kali lebih besar untuk terkena gangguan perkembangan dan tingkah laku bila dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak terpapar zat bius.
Dr. Sun menyampaikan hasil penelitiannya pada pertemuan tahunan American Society of Anesthesiologists di Orlando, Florida hari Selasa kemarin. Dia juga menyatakan bahwa hasil penelitiannya ini mungkin saja dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu kesulitan ekonomi orang tua dari anak-anak tersebut.
"Data yang diambil dari anak-anak peserta program Medicaid (bantuan kesehatan) ini mungkin kurang akurat, mengingat ada faktor lain (kondisi ekonomi para orang tua) yang juga perlu dipertimbangkan", kata Dr. Sun.
Untuk itu, Dr. Sun dan rekan-rekannya sedang merencanakan suatu penelitian lain yang dapat memberikan hasil lebih akurat.
0 komentar:
Posting Komentar