Senin, 26 September 2011

Home » , , , » Surabaya Kota Sejuta Taman

Surabaya Kota Sejuta Taman


Taman Bungkul, salah satu taman favorit di SurabayaKOTA Surabaya sudah menyandang berbagai julukan. Julukan utama yang sangat popular adalah Kota Pahlawan. Sebab, peristiwa heroik perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945 menjadi catatan emas sejarah Indonesia.
Kendati demikian, Surabaya juga mencatat prestasi lain yang mengangkat nama ibukota Jawa Timur di mata dunia. Sehingga tidaklah mengherankan, kalau berbagai julukan dan predikat dipersembahkan kepada kota terbesar kedua di Indonesia ini.
Perlu dicatat, tatkala Kota Surabaya dipimpin oleh seorang walikota perempuan, bernama Tri Rismaharini, cakrawalanya menjadi berubah. Surabaya benar-benar menjadi asri, hijau dan indah. Surabaya menjadi kota yang benar-benar bersih dan nyaman.
Betapa tidak, sebab walikota yang sebelumnya pernah menduduki jabatan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) itu sangat serius menata kebersihan dan keindahan kota. Tidak ada lagi sampah yang berceceran di jalan dan selokan. Bahkan, tidak sejengkal tanah pun lahan di tengah kota yang kosong dan gersang. Semua berubah menjadi taman. Taman yang indah dan menawan.
Kini Surabaya yang berjuluk Kota Pahlawan ini, layak menyandang predikat Kota Sejuta Taman. Bahkan, mungkin lebih sejuta, sebab berpetak-petak taman yang tersebar di seluruh pelosok Kota Surabaya ini. Berbagai jenis bunga, tanaman hias dan pepohonan rindang membuat Surabaya benar-benar bernapas dengan oksigen yang menyehatkan.
Walikota Surabaya, Ir.Tri Rismaharini,MT sebagai walikota perempuan pertama di bumi Suro ing Boyo, ternyata seorang ibu yang bertangan dingin. Walupun kemarau panjang mendera alam kota ini, ternyata kesejukan hutan kota mampu melawan panasnya cuaca yang menyengat.
Surabaya sebagai Kota Sejuta Taman, tidak hanya melambungkan kota berpenduduk tiga juta jiwa lebih ini mempertahankan Anugerah Adipura yang dipersembahkan Pemerintah Republik Indonesia, tetapi juga mengharumkan nama Surabaya ke mancanegara. Kini Surabaya terus berpacu dalam pembenahan diri, terutama di bidang infrastruktur. Dengan demikian, Surabaya akan menjadi kota yang bersih, aman nyaman dan aman. Surabaya menjadi kota tujuan wisata yang mengasyikkan, sebagai kota wisata belanja dan konvensi.
Multijuluk
Kita tahu, sejak zaman dulu, Surabaya sudah menjadi kota dengan berbagai julukan. Julukan itu dipersembahkan, karena cirri khas kota yang sudah berusia 718 tahun lebih ini. Di bawah ini alalah bergai julukan dan predikat yang pernah disandang Kota Surabaya.:
1.      Kota Pahlawan
2.      Kota Indamardi.
3.      Kota Budi Pamarinda.
4.      Kota Adipura
5.      Kota Adipura Kencana.
6.      Kota Metropolitan atau Metropolis.
7.      Kota Kemilau (Sparkling).
8.      Kota Perdagangan dan Jasa.
9.      Gerbang Nusantara dari Timur.
10.  Kota Reliji Sunan Ampel.
11.  Kota Raya Terbesar Kedua setelah Jakarta.
12.  Pusat Pengembangan Wilayah Pembangunan Regional Gerbang Kertosusila.
13.  Pusat Pengembangan Wilayah Pembangunan Utama C (Bagian Tengah dan Timur) Indonesia.
14.  Ada lagi julukan yang tidak terbantahkan, yaitu, “Kota Buaya” dan “Bajul Ijo” alias Bonek bagi supporter Persebaya.
15. Dan tentunya yang saat ini layak dikukuhkan adalah Kota “Sejuta Taman”.

Indamardi
Menjelang tahun 2000, yakni sejak tahun 1975 dicanangkan julukan julukan Surabaya yang cukup menarik. Surabaya menggunakan julukan  popular sebagai Kota Indamardi. Singkatan dari: Industri (in), Perdagangan (da), Maritim (mar) dan Pendidikan (di).
Jadi Kota Surabaya identik dengan ciri khas wilayahnya sebagai:
  1. Kota Industri. (in)
  2. Kota Perdagangan. (da)
  3. Kota Maritim. (mar)
  4. Kota Pendidikan. (di)
Tidak hanya Indamardi, Surabaya juga dikenal dengan kegiatan “Garnizun” dan”Pariwisata”. Sehingga pernah diusulkan tambahan Surabaya Indamardi, menjadi Indamardi Garpar (Garnizun dan Pariwisata). Pengertian Garnizun, menyatakan bahwa di Kota Surabaya ini lengkap dengan seluruh kesatuan militer.
Di kota Surabaya ini terdapat pangkalan dan kegiatan operasional TNI (Tentara Nasional Indonesia), yakni: TNI- AD (Angkatan Darat), TNI-AL (Angkatan Laut) dan TNI-AU (Angkatan Udara), serta Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Dulu Garnizun itu adalah penggabungan kegiatan dan kordinasi antara kesatuan TNI dan Polri yang disebut ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) di Surabaya dan sekitarnya. Tetapi, setelah sebutan ABRI dihapus dan Polri sudah menjadi instansi sipil, maka Garnizun sekarang ini hanya tiga angkatan TNI.  Sebutannya Gartap (Garnizun Tetap) Surabaya.
Kepariwisataan dalam Indamardi, masuk dalam kegiatan industri, yakni industri pariwisata. Namun ada yang menginginkan, periwisata menjadi bagian tersendiri dari uraian tersebut. Kota Surabaya merupakan DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang bisa menawarkan berbagai kegiatan kepariwisataan. Ada wisata alam, buatan , religi, konvensi, perdagangan, cagar budaya dan masih banyak lagi. Namun Indamardi Garpar itu kurang popular.
Budi Pamarinda
Singkatan Indamardi tahun 2003 diubah menjadi Budi Pamarinda. Kepanjangannya:  Budaya (bu), Pendidikan (di), Pariwisata (pa), Maritim (mar), Industri (in) dan Perdagangan (da). Jadi, antara Indamardi dengan Budi Pamarinda sebenarnya sama. Di sini ada penekanan Budaya dan Pariwisata, sehingga kedudukan budaya dan pariwisata di Kota Surabaya, sejajar dengan Indamardi.
Sebelumnya, memang sektor kebudayaan hanya dijadikan sebagai bagian dari pendidikan. Masalah budaya di Surabaya mungkin banyak yang terabaikan, sehingga diperlukan adanya penekanan pada kata budaya. Adanya penonjolan kata budaya dalam selogan kota ini, maka unsur budaya perlu digali lebih mendalam dan dikembangkan.
Begitu pula halnya dengan pariwisata, selama ini dunia usaha kepariwisataan di Surabaya dijadikan atau dianggap sebagai bagian dari industri, yakni industri jasa kepariwisataan. Namun, berdasarkan pandangan dan kacamata orang pariwisata, kegiatan kepariwisataan merupakan disiplin ilmu tersendiri yang mencakup berbagai aspek.
Julukan Budi Pamarinda diurai secara lengkap, menjadikan Surabaya berjuluk:
1) Kota Budaya.  (bu)
2) Kota Pendidikan  (di).
3) Kota Pariwisata.  (pa)
4) Kota Maritim.  (mar)
5) Kota Industri.  (in)
6) Kota Perdagangan. (da)
Adipura Kencana
Surabaya juga berjuluk kota Adipura dan kemudian Adipura Kencana. Julukan yang pernah disandang kota Surabaya pada tahun 1980-an hingga akhir 1990-an. Adipura Kencana adalah sebuah predikat untuk kota terbersih di Nusantara. Pada tahun 1992, 1993 dan 1995, Surabaya pernah mendapat anugerah  piala ”Adipura Kencana” dari Pemerintah Pusat sebagai Kota Raya “terbersih” di Indonesia.
Sebelum memperoleh Adipura Kencana,  Sura-baya memperoleh piala Adipura lima kali berturut-turut tahun 1988, 1989, 1990 dan 1991. Predikat kota raya terbersih bertahan hingga tahun 1998. Tetapi, status Surabaya sebagai kota raya terbersih di Indonesia, sempat merosot tajam di awal tahun 2000-an. Namun sejak tahun 2006, julukan Surabaya sebagai kota raya terbersih kembali terangkat. Tahun 2007 hingga sekarang, Kota Surabaya bukan hanya berjuluk kota terbersih, tetapi juga kota terindah dan hijau. Bahkan, kalau boleh ditambah satu julukan lagi, kini Surabaya adalah “Kota Sejuta Taman”. Bukan seribu atau sekian ratus ribu taman, tetapi mencapai sejuta taman. Hampir tak ada lagi lahan kosong dalam kota yang tidak dijadikan taman.
Sudah lama pula Surabaya menyandang predikat atau julukan Kota Metropolitan atau Kota Metropolis. Artinya, kota besar yang ramai dan penduduknya yang padat. Selain itu, kota ini dibangun dan dikembangkan menuju kota modern. Tidak dapat disangkal, Surabaya memang kota yang cukup besar. Luas Surabaya mencapai 330 kilometer per-segi, berpenduduk 3 juta jiwa lebih. Pemerintahannya sampai tahun 2009 dibagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan.
Sunan Ampel
Surabaya juga tidak lepas dari peran dan keberadaan Sunan Ampel di Surabaya. Maka, tidak salah kalau dari luar Surabaya orang mengenal Surabaya sebagai Kota Sunan Ampel. Tempat hijrahnya Sunan Ampel, serta kota tempat Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa bersama Walisongo (wali sembilan). Sunan Ampel adalah wali yang dituakan di antara sembilan wali itu.
Sehingga, kegiatan ziarah yang disebut juga wisata reliji Walisongo selalu diawali dari Surabaya. Surabaya  merupakan garis start untuk memulai ziarah. Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel, di mana terletak komplek makam Sunan Ampel bersama pengikutnya di dijadikan pangkalan untuk bergerak menuju ke arah barat Pulau Jawa. Kadangkala, selain berangkat dari Masjid Ampel, rombongan ziarah juga singgah di makam Mbah Bungkul di Taman Bungkul, Jalan Raya Darmo Surabaya dan Masjid Rahmat di Kembang Kuning Surabaya.
Dari Masjid Ampel perjalanan dilanjutkan menuju ke Gresik. Di Gresik ada dua makam Walisongo, yakni makam Sekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri. Terus ke Lamongan,  di sana berziarah ke makam Sunan Drajat dan di Tuban ke makam Sunan Bonang.
Usai berziarah di wilayah Jawa Timur, perjalanan reliji ini dilanjutkan ke Jawa Tengah. Di sini ada makam Sunan Muria di Gunung Muria dan makam Sunan Kudus di Kudus, serta makam Sunan Kalijaga di  Demak. Perjalanan ziarah Walisongo berakhir di Cirebon Jawa Barat, mengunjungi makam Sunan Gunung Jati.
Nah, dengan predikat Surabaya sebagai titik awal ziarah Walisongo, maka tidak salah kalau Kota Surabaya juga berjuluk Kota Reliji Sunan Ampel.
Gerbang Nusantara
Dari zaman dahulu, Surabaya juga dijuluki sebagai “Gerbang Nusantara dari Timur”. Sebab, tatkala Patih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa, dengan menyebut Nuswantara sebagai jajaran kesatuan pulau-pulau di Indonesia, maka terkesan pusat pemerintahan Nusantara itu adalah ibukota Majapahit di Jawa Timur. Begitu pula sebelumnya, kerajaan Singasari dan kemudian Kerajaan Mataram. Gerbang Nusantara dari timur itu adalah pelabuhan laut di Surabaya, muara Kalimas dan Tanjung Perak. Di alam pemerintahan Indonesia merdeka, dengan ibukota  Jakarta dan Jogjakarta, gerbang Nusantara dari arah timur adalah Surabaya. Hampir seluruh jenis pelayaran dari wilayah Indonesia Timur, selalu berlabuh di Tanjung Perak Surabaya.
Gerbang Kertosusila
Yang tidak bisa dilupakan, Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur. Pusat segala kegiatan yang berkaitan provinsi Jawa Timur dengan  38 kabupaten dan kota, yakni 29 kabupaten dan 9 kota.
Pada era Orde Baru pembangunan direncanakan secara terpadu dalam tahap-tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) demi Pelita. Kota Surabaya berperan sebagai Pusat Pengembangan Wilayah V dan kemudian disebut pusat Satuan Wilayah Pembangunan Utama  (SWPU) C yang terdiri dari Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan, Selatan dan Kalimantan Timur.
Masa pemerintahan Orde Baru itu, kegiatan pembangunan nasional berencana juga dirancang secara regional di Jawa Timur. Surabaya ditetapkan sebagai pusat pengembangan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Gerbang Kertosusila singkatan dari Gresik (Ger), Bangkalan (bang), Mojokerto (kerto), Surabaya (su), Sidoarjo (si), Lamongan (la).
Surabaya sebagai adalah kota yang strategis juga mendapat pengakuan dengan julukan “Kota Terbesar Kedua di Indonesia setelah Jakarta” atau “Kota Raya kedua setelah Jakarta”. Dalam penilaian dan kategori, misalnya dalam penilaian bidang kebersihan, lalulintas, keamanan, pembangunan dan sebagainya, Surabaya disebut sebagai Kota Raya.
Nah, begitu pesatnya perkembangan kota Surabaya dari bentuk tradisional sebagai “kampung besar” atau big vilage menjadi kota modern, maka Surabaya juga dijuluki Kota Metropolis atau Metropolitan.
Berkilau atau Kemilau
Kendati sebelumnya sudah dijabarkan julukan Surabaya kebanggan bagi Arek-arek Suroboyo itu sesuai dengan peran dan keberadaannya, namun pada tahun 2006, semua julukan yang memberikan kekhasan Surabaya itu menjadi sirna. Pemerintah Kota Surabaya  mempromosikan Surabaya ke dunia luar “hanya” sebagai Kota Perdagangan dan Jasa. Kemudian entah dengan makna apa, Surabaya diberi lebel asing “Sparkling”.
Kata Sparkling ini dalam kamus Inggris-Indonesia, berasal dari kata dasar sparkle (dibaca: spa:kel) artinya kilau. Untuk kata kilau ini juga ada bahasa Inggris lainnya, yakni: glitter atau glite dan glisten, serta gleaming dan splendour. Pokoknya persamaannya cukup banyak.
Nah, kira-kira secara harfiah, Sparkling Surabaya itu artinya: Surabaya Berkilau, Surabaya Berkilau-kilau, Surabaya Berkilau-kilauan, Surabaya Kemilau, Surabaya Cemerlang, Surabaya Gemerlap, Surabaya Gemerlapan, Surabaya Berkilap atau gampangnya orang Surabaya menyebut artinya “Surabaya Cingklong”.
Buaya dan Bonek
Julukan yang hampir tidak terbantahkan, yaitu, “Kota Buaya”, karena keberadaan Kota Surabaya dilambangkan dengan ikan Sura dan Baya atau Buaya. Kata Buaya lebih khas dibandingkan dengan Sura. Bahkan pengucapannya juga lebih berarti dan memiliki nuansa “beringas”. Sampai-sampai kata buaya juga dibahasajawakan dengan “Bajul Ijo” atau buaya hijau oleh supporter Persebaya. Hijau adalah warna khas kostum pemain kesebelasan Persebaya.
Popularitas bajul ijo dengan greenforce itu, juga mempu menggelorakan semangat Arek Suroboyo. Berlatar belakang sejarah keheroikan arek Surabaya masa lalu, maka jiwa itu pun tertanam dalam semangat arek Suroboyo yang berjuang dengan tekad bulat tanpa memperhitungkan resiko. Itulah semangat Bandha Nekad yang dibaca bondo nekat dan disingkat Bonek yang merasuk dipikiran arek Surabaya. Bonek kini sudah menjadi sebuah makna yang positif, bukan lagi gambaran kebrutalan supporter Persebaya masa lalu. yousri

sumber: http://www.radjawarta.com/surabaya-kota-sejuta-taman
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar